Dendam
Alasan Hitler Membantai Yahudi
Hy...!!! Assalamualaikum...
Kali ini saya akan membahas
tentang Dendam Hitler. Namun sebelum saya membahasnya, Saya yang bernama Dwi Asmono ingin
mengucapkan maaf dengan setulus hati, mungkin selama ini saya lupa mengucapkan
maaf pada Anda atas semua kesalahan-kesalahan yang pernah saya perbuat, baik
saat kita bertemu atau pada semua Artikel yang ada di Blogspot ini. Baiklah
mari kita mulai pembahasannya.
Oke deh, ayo
kita mulai, sabda Hitler pasca Dendamnya terlaksana yaitu :
"Bisa saja saya memusnahkan semua
YAHUDI di DUNIA, tapi saya sisakan sedikit saja yg hidup. agar kamu tau mengapa
alasan saya membunuh mereka"
=>dan benar,
kita Umat Muslim telah tau apa alasan Hitler menyisakan YAHUDI, Saudara kita di
Timur Tengah khususnya di Palestina terus digempur oleh Israel yang penduduknya
adalah YAHUDI. Namun bkan tentang konflik Palestina dan Israel yang akan kita
bahas, melainkan Penjelasan atau sejarah tentang munculnya Dendam Hitler
terhadap YAHUDI. Seringkali, tabiat, perilaku dan pendirian seseorang adalah
hasil dari pengalaman masa lalunya. Semasa kecil Hitler adalah seorang anak
yang tertolak, ayahnya sangat membencinya dan menganggap perilakunya yang
“antisosial” itu adalah sebuah kutukan kerena Alois Hitler (Ayah Hitler)
mengawini keponakannya sendiri. Adi (nama kecil Adolf Hitler) dilahirkan pada
tanggal 20 April 1889 di sebuah kota kecil di Austria dekat perbatasan Jerman.
Ayahnya adalah seorang yang keras dalam mendidik anak sedang ibunya baik
kepadanya.
Ibunya adalah salah satu dari sedikit orang yang benar-benar disayangi oleh Adolf. Ibunya sangat percaya bahwa anaknya adalah seorang jenius, dan selalu menganggap anaknya normal, walaupun sejak kecil sudah menunjukkan gejala destruktif dan antisosial. Umur 18 tahun, Adolf sudah menjadi seorang yatim piatu setelah ibunya meninggal dunia sedangkan ayahnya sudah meninggal terlebih dulu sebelumnya. Masa kecil yang diliputi dengan kebencian dan abusement dari ayahnya ini memberikan andil besar dalam mental dan kejiwaan Hitler dewasa.
Ada hal yang harus kita pahami bahwa,
jangan pernah meremehkan “dendam masa kecil”. Contoh lain juga bisa kita dapati
dari kisah Mao Tse Tung. Mao kecil pernah bersekolah di sekolah yang didirikan
oleh para missionaris dari Eropa, oleh sebab suatu hal Mao dimaki oleh salah
satu Pastor dengan makian yang bersifat rasialis “anjing kuning!” dan mulai
saat itu Mao tidak pernah kembali ke sekolah itu.
Membenci kaum agamawan. Kemudian menjadi pemimpim komunis terbesar di China, juga menjadi pembunuh massal, jutaan kaum terpelajar dan seniman tewas dibunuh dan dihukum kerja paksa dalam Revolusi Kebudayaan 1965. Nggak kalah sadis dengan Hitler Sebuah dendam masa kecil; inilah bahayanya jika itu dialami oleh seorang pemimpin!
Membenci kaum agamawan. Kemudian menjadi pemimpim komunis terbesar di China, juga menjadi pembunuh massal, jutaan kaum terpelajar dan seniman tewas dibunuh dan dihukum kerja paksa dalam Revolusi Kebudayaan 1965. Nggak kalah sadis dengan Hitler Sebuah dendam masa kecil; inilah bahayanya jika itu dialami oleh seorang pemimpin!
Hitler awalnya bercita-cita menjadi seorang seniman (bukan menjadi tentara/
politikus). Sebagai pecinta seni, maka dia mencoba mendaftar ke sebuah fakultas
seni di Wina, Austria, tetapi ditolak. Penolakan ini memiliki dampak besar bagi
dirinya.
Frustasi, yatim-piatu, tidak ada uang, sehingga dia selama kira-kira setahun menjadi gelandangan, hidup dari belas kasihan orang lain di jalanan. Selama itu, dia juga mulai benci terhadap orang Yahudi, kaum imigran yang hidup lebih mewah, dan ini dikuatkan dengan pendengaran dari ceramah yang sifatnya “Antisemit” oleh Walikota Vienna Karl Lueger.
Frustasi, yatim-piatu, tidak ada uang, sehingga dia selama kira-kira setahun menjadi gelandangan, hidup dari belas kasihan orang lain di jalanan. Selama itu, dia juga mulai benci terhadap orang Yahudi, kaum imigran yang hidup lebih mewah, dan ini dikuatkan dengan pendengaran dari ceramah yang sifatnya “Antisemit” oleh Walikota Vienna Karl Lueger.
Teori Lueger yang menyalahkan kekacauan ekonomi dan politik kepada kaum Yahudi,
mengispirasinya menjadi pembenci kaum Yahudi sepanjang hidupnya. Ini pula yang
membangun ideologinya dan menganggap bangsa Arya adalah ras tertinggi. Banyak
orang berkata, seandainya saja dia diterima di sekolah seni tersebut, mungkin
Hitler hanya akan menjadi seniman seperti Picasso misalnya, mungkin sejarah
juga akan lain ceritanya. Disinilah salah satu letak pentingnya Hitler, dia
mengubah sejarah (meskipun ke jalan yang dianggap salah). Garis hidupnya
bagaikan takdir yang tidak bisa diubah.
Di tahun 1914, Jerman ikut serta dalam Perang Dunia 1 dan Hitler masuk militer. Sewaktu perang di garis depan, dia terluka, dipulangkan dan mendapatkan medali untuk keberaniannya. Selama perang, Hitler berangsur-angsur menjadi seorang patriot untuk Jerman meskipun dia sendiri bukan warga negara Jerman (dia lahir di Austria). Maka dari itu, sewaktu Jerman kalah perang, dia tidak bisa menerima kenyataan, karena bagi Hitler, Jerman adalah yang terkuat. Dia lalu menyalahkan para "pengkhianat" sipil, terutama orang Yahudi sebagai penyebab Jerman kalahperang.
Jerman setelah kalah perang porak poranda. Keadaannya sangat mengenaskan dengan kota-kota yang hancur, harga barang tinggi ditambah lagi dengan datangnya gerakan-gerakan revolusi komunis. Hitler sendiri tetap berdiam di militer. Hitler membenci orang-orang dari berbagai ideologi, termasuk komunis (Karl Marx adalah seorang Yahudi), sosialis kapitalis dan liberal. Sebenarnya karir militer Hitler hanya sampai Kopral, bisa dibayangkan betapa hebatnya orang ini, dia menjadi Army Commander yang ditakuti seluruh dunia pada Perang Dunia 2.
Tahun 1919 Hitler lalu bergabung dengan sebuah partai kecil bernama Partai Pekerja Jerman dan meninggalkan karir militernya. Saat berhasil menjadi pemimpinnya dan akhirnya mengubah namanya menjadi partai NAZI. Tahun 1920, Hitler menterbitkan simbol Swastika dan Tahun 1921 Partai ini semakin solid dengan didukung oleh kelompok milisia SA.
Disinilah kita bisa melihat salah satu kejeniusan Hitler, berorganisasi dan berpidato. Apapun yang Hitler katakan adalah seperti sebuah “Religion’s order” yang membuat pengikutnya menjadi super fanatik
0 komentar:
Posting Komentar